
Ontimes.id, Bandung – Ribuan ekor sapi milik peternak yang tergabung dalam Koperasi Peternakan Bandung Selatan atau KPBS, di Pangalengan, Kabupaten Bandung, dilaporkan terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK). Penularan wabah tersebut membuat para peternak semakin was-was.
“Dari data KPBS, hari ini sekitar 1.800 ekor sapi yang kena (wabah PMK). Tiga hari yang lalu, sapi yang kena mencapai 1.500,” ujar Dokter hewan KPBS Pangalengan, Liedzikri Rizqi Insani, saat dihubungi, Minggu (12/6/22).
Liedzikri mengatakan, wabah PMK di Pangalengan menyebar sejak tanggal 17 Mei 2022. Sapi-sapi di KPBS Pangalengan terjangkit karena beberapa sapi luar dari Boyolali dibawa ke Ciwidey, kemudian diangkut ke Pangalengan. Kasus sapi yang terjangkit PMK meningkat 100-200 ekor per hari.
Dia menyebut kematian sapi tertinggi mencapai 10 ekor per hari mulai pekan ini. Jumlah kematian tersebut melebihi standar mortalitas PMK sebesar 1-5 persen. Artinya, 1-5 ekor sapi minimal terkena dari 10 ekor. “Peternak biasanya ngasih jamu seperti jahe untuk meningkatkan imun tubuh ternak sapi. Karena gejala PMK salah satunya luka di mulut, biasanya dikasih asam sitrat dan madu”. Katanya.
Baca Juga: Jenazah Putra Ridwan Kamil Diperkirakan Tiba di Indonesia pada Sabtu – Minggu
Baca Juga: Ribuan Siswa Akan Iringi Pemakaman Putra Ridwan Kamil
Dokter hewan di lapangan melakukan penanganan, pencegahan, hingga penyuluhan pada peternak sapi. Penanganan yang dilakukan dokter hewan, kata Liedzikri, adalah dengan meringankan gejala virus pada sapi yang terkena PMK.
Liedzikri mengamati produksi susu sapi di KPBS Pangalengan menurun hingga 80 persen. Beberapa sapi bahkan tidak mengeluarkan air susu karena terdampak PMK. “Karena ada kasus PMK, sejak Mei sudah tidak ada pelayanan inseminasi buatan. Sapi biasanya setahun sekali dikawinkan. Tidak ada lagi pedet anak sapi dalam 9 bulan ke depan”. Tuturnya.
Liedzikri menyebut tingkat penyebaran wabah mencapai 90-100 persen, karena virus PMK tersebar melalui udara. Apabila satu sapi terkena PMK dalam satu kandang, maka peternak biasanya tinggal menunggu waktu sapi-sapi lain tertular.
Sapi yang diketahui terjangkit PMK, kata dia, kemungkinan terpapar beberapa hari sebelumnya. Kemudian gejala PMK baru terlihat pada sapi tersebut beberapa hari kemudian. “Kemarin orang dinas datang, katanya vaksin datang minggu depan. Karantina tidak menjamin pencegahan penularan sapi, karena virusnya menyebar”. Lanjut Liedzikri.
Berdasarkan pantauannya, banyak peternak yang kehilangan semua sapinya akibat wabah ini. Liedzikri berharap vaksinasi segera dipercepat agar sapi-sapi yang masih sehat bertahan. (hn/ud)